BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat
mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointmen/ obat salep yang
dikemas dalam bentuk kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang
lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan
kekuatan yang rendah. Sedangkan salep mata atau dalam istilah farmasi disebut
oculenta adalah salep yang digunakan pada mata. Salep ini harus steril dan
disimpan di dalam tube salep mata yang steril.Dalam dunia kesehatan salep atau
obat mata sering digunakan untuk pengobatan pada mata. Obat mata tersebut
digunakan dari mulai orang dewasa hingga bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir
biasanya obat mata digunakan untuk membersihkan mata bayi dari air ketuban yang
menempel pada bagian mata bayi tersebut. Bayi bisa saja terkena air ketuban
jika ia lahir dengan ketuban keruh, preeklamsi, vacum, jalan lahir macet atau
ke jadian lain serupa yang dapat mengganggu mata bayi untuk melihat secara
jernih.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Oculenta?
2. Bagaimana
contoh resep dari penggunaan Oculenta?
3. Bagaimana
cara perhitungan dari contoh resep tersebut?
C. Tujuan
Memberikan
pengertian tentang Oculenta. Dan mengetahui cara pembuatan Oculenta itu
sendiri. Juga memberikan contoh resep penggunaan Oculenta serta cara
perhitungannya sehingga tidak salah dalam penggunaan obat tersebut. Karena jika
dalam penggunaan obat itu tidak sesuai dengan aturan obat tersebut akan beralih
dari kegunaan awal, yang semestinya dapat mengobati akan menjadi racun bagi
tubuh.
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Oculenta (salep
mata) adalah sediaan
salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar/basis salep yang
cocok. Pada
pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari
bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi
syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal : 12).
Salep adalah
sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok
(Anief, 2000) hal 110.
Obat
biasanya dipakai untuk mata maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan
mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah larutan
dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep
mata.
Berbeda dengan salep dermatologi salep mata yang baik
yaitu :
1. Steril
2. Bebas
hama/bakteri
3. Tidak
mengiritasi mata
4. Difusi bahan
obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
5. Dasar salep
harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,1989) hal
562
Obat salep
mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative, antioksidan, dan
stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimikrobial
dan perlu bebas bahan partikel yang dapat mengiritasi dan membahayakan jaringan
mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel,
yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mengandung atau mempunyai
partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel > 50nm, dan tidak
boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
Basis Salep
Mata
Dasar salep
pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus memungkinkan
difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
Dasar salep mata yang digunakan juga harus bertitik lebur yang mendakati suhu
tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari petroletum dan cairan petrolatum
(minyak mineral) dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang
bercampur dengan air seprti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal in memungkinkan
air dan obat yang tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian
(Ansel,1989) hal 562.
Oculenta,
sebagai bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau
dasar salep larut air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus,
tidak enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka harus steril
dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus dibuat saksama.
Syarat
oculenta adalah:
1.
Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.
2.
Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus
memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata.
3.
Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
4.
Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril
(Anief, 2000, hal: 117).
Beberapa Hal
yang Perlu Diperhatikan dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata
1.
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan
dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila
bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan
cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas
dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji
sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan
radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
2.
Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan
melakukan pembuatan uji dibawah LAF.
3.
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan
yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secar tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat
bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat pada uji salep mata.
Zat anti mikroba yang dapat digunakan :
Ø Klorbutanol
dengan konsentrasi 0.5 % (Pharmaceutical exipient, 2006)
Ø Paraben
Ø Benzalkonium
klorida dengan konsentrasi 0,01 – 0,02 % (Salvatore Turco et al, 1974).
4.
Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu
pengisian dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel
untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube
dengan rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi
selama pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga
memberikan perlindungan tehadap cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari
seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari
peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan garam airaksa,
lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air (warna hitam).
Oleh karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya
dilapisi lak.
Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus diperhitungkan adanya serpihan – serpihan logam. Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan salep mata secara segar.
Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus diperhitungkan adanya serpihan – serpihan logam. Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan salep mata secara segar.
B.
CONTOH RESEP
R/ Hydrocortison 2,5%
Kal.
Benz penicilin 1000 UI/gr
Ungt.
Opthalmic 1 ad 10
m.f.occulent
s.occ.b.d.d.applic
Pro : Danang
|
→
usul alat dan bahan (steril)
Permasalahan
Permasalahan
-
Unguentum
Opthalmicae 1 sec. FOI hal.241
R/ lemak bulu 2,5
Parafin liq 0,5
Vaselin kuning ad 10
Penimbangan
·
Hydrocortison = 2,5/100 x 10 = 0,25
·
Kal. Benzoat = 1000/50000 x 10 = 0,2
·
Ungt. Ophtal = 10-(0,25+0,2) = 9,55
-
Lemak bulu =
2,5/10 x 9,55 = 2,3875
= 2,3875 + 20% =
2,9→3
-
Parafin cair = 0,5/10 x 9,55 = 0,4775
= 0,4775 + 20% = 0,57→6
-
Vas. Kuning = 10-(2,5+0,5) = 7
= 7+20% = 8,4
Cara Pembuatan
1.
Timbang 0,6gr
parafin liq dalam kaca arloji ditimbang mg pindahkan ke cawan alumunium+adeps
lanae 3gr+vas flavum 8,4gr lebur di atas WB, coler(saring) dengan kain kasa
kedalam mortir panas aduk ad dingin kemudian timbang 9,55gr sisanya dibungkus
untuk bukti
2.
Hydrocortison+kal.benz
penisilin aduk ad homogen + basis sedikit- sedikit aduk ad homogen, masukkan
tube kemudian beri etiket
Etiket
APOTEK SETIA FARMA
|
NO.1 Solo,21-11-2012
Danang
2x sehari
“Salep mata”
|
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1988. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Universitas GajahMada
Anonim. 1979. Farmakope Indonesi edisi III . Jakarta: Depkes RI
http://salepmata.blogspot.com/
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus